find anything

ngewe montok banget

hayo siapa yang mau ngewe ama cewek ini????

TANTE TUKANG NGEWE

TANTE TUKANG NGEWE

ngewe petting

Petting pertama aku ma cewe aku, kedua-duanya baru pertama kali, lumayan berkesan, n rasanya ingin lebih dari itu... Bukannya sok suci atau bagaimana, namun kalau sudah terlanjur jauh, lebih baik diredam, Iman kita harus kuat, namun si "imin" kita juga harus senantiasa dilatih, agar tidak berakibat fatal nanti, hehehehhe...
Ceritanya begini, Kami menjadi dekat setelah dikenalkan oleh seorang temanku. Awal smsan hanya membahas hal – hal biasa saja. Semakin lama kami semakin dekat. Semula ER tidak pernah mau untuk membahas hal – hal yang berbau porno. Alasannya tidak baik; belum boleh; tidak ada gunanya dll. Akupun mengurangi frekuensi sms tersebut. Tapi akhirnya ia menyerah setelah aku mengemukakan pendapatku, tetapi ER meminta masih dalam kategori ringan. Setelah hubungan kami berjalan beberapa bulan, ER – pun sudah memberanikan diri membalas smsku yang dulu ia membencinya.

Aku maklum jika semula ER tidak mau membahas hal – hal pornografi, karena ia tidak pernah membahas dan melakukan sewaktu dengan pacar – pacarnya dahulu. Bahkan berciuman pun ER tidak mengijinkan. Kami telah beberapa kali berciuman tetapi kulihat ER masih bisa menahan diri. Sore itu aku menjemputnya. Kebetulan rumah sedang kosong. Tidak ada niat sebelumnya untuk ber – hohohihe. Saat itu kami sedang di salah satu mall dekat rumah. ER ingat bahwa rumahku dekat dengan mall tersebut. Ia mengajakku untuk sekedar lewat depan rumahku.

Kami – pun sampai di depan rumahku. Aku menawarinya untuk sekaligus melihat – lihat keadaan dalam rumahku dan ER tidak berkeberatan. Aku membuatkan es teh kesukaannya sementara ER memandangi foto – foto keluarga di dinding. Kami mengobrol ini itu. Sesekali aku berhasil mengajaknya tertawa. Aku mendekati ER yang duduk terpisah. Kupandangi matanya. Aku memegang dagunya, kucium lembut bibirnya. ER membalas tetapi masih wajar. Iseng kumasukkan lidah dan kudesakkan ke langit – langit mulutnya. ER membalas yang sama. Lambat laun nafasnya makin memburu. Kepalaku dipegang kuat, sesekali di dua pipiku. ER ternyata murid yang dapat menyerap pelajaran dengan cepat.

Tak kuduga telapak kiriku ditarik ke dada kanannya. ER membuka mata saat aku menahannya yang tinggal sedikit lagi menyentuh dadanya. “Nggak pa2 koko..aku kan yg minta..”, sambil tersenyum. “Bener gak pa2..”, tanyaku. ER tidak menjawab tapi menarik telapak kiriku yang beberapa saat tergantung di udara. ER menatap mataku dalam – dalam saat dadanya untuk pertama kalinya disentuh oleh lawan jenisnya. Aku hanya menyentuh dada kanannya tetapi ER yang malah meremasnya seakan merestui aku untuk melakukannya sendiri. ER melepas tangan kanannya dan meninggalkan telapak kiriku di dada kanannya. Aku meremasnya lembut dan pelan – pelan. Kepalaku ditariknya dan bibirnya ganas menciumiku. Aku meningkatkan tekanan dan kecepatan remasanku. Telapak kananku ditariknya pula. Akhirnya dua telapak tanganku berada di dua susunya. Aku meremas kadang pelan kadang kuat.

Terbersit keinginan untuk menyentuh kelaminnya walau dari celana kainnya. Tetapi masih kutahan, karena mungkin ada beberapa tindakan yang akan dilakukannya jika ia menolaknya. Yang paling parah ER marah besar dan memutus hubungan kami. Tapi setan dalam hal ini selalu mesti menang. Kuberanikan diri. Telapak kananku kudekatkan pelan – pelan ke bagian tengah celananya. Kusentuh tepat di tengahnya. ER tidak protes dan marah sedikitpun. Kutekan dan kugosok – gosok pelan – pelan dulu. Tangan kiriku masih di dada kanannya. Sesekali tangan kananku diremasnya. Nafas ER semakin terengah –engah. Kepalang tanggung, “Yank..pindah tempat yuk..”. “Ke mana koko...”. Aku menggandengnya menuju sofa di pojok ruangan.

Setengah badannya kubaringkan. Kembali kuserang dengan ciuman – ciumanku. Tangan kananku di dada kirinya, sedang yang kiri menggosok – gosok bagian tengah celananya. Lengan kananku kadang diremas kuat. Tangan kirinya kuletakkan di paha kiriku dan kubiarkan melihat reaksinya, dan ER meremas – remasnya. Aku hentikan aktifitas meremas susunya, “Yank..boleh…”. Sengaja kugantung kalimatku saat ER membuka matanya dan melihat kaosnya akan kubuka. “Jangan koko..masukin aja tanganmu..”. Maka kumasukkan tangan kananku ke dalam kaosnya. Terasa sudah mengeras dadanya. “Ooofffssttt..”, lenguhannya keluar saat tangan kananku mengenai susu kirinya. Kuremas lembut. Paha kiriku makin kuat dicengkeram ketika bh – nya kuturunkan dan pentil kirinya kumainkan.
Aku mendekatkan paha kiriku ke tangan kirinya. Tangan kiriku meletakkan tangan kirinya di bagian celanaku yang sudah menonjol dari tadi. Beberapa detik tidak ada reaksi. Antara takut dan malu ER mulai mengusap dan sesekali meremas kelaminku dari celana luarku. Aku buka kait bh – nya..tess. ER tidak memprotesnya malah retsluiting celanaku diturunkannya. Kontan aku menarik dua tanganku dan menurunkan celana jeansku. Aku buka kaos dan bh – nya. ER hanya memandangiku. Kukecup pentil kirinya dan kuputar – putar dengan lidahku. ER mendesis dan mengusap – usap kepalaku. Kulanjutkan dengan menggigit dan menyedotnya, bergantian kiri dan kanan. Kadang yang kanan aku sedot, yang kiri aku remas – remas.

Tangan kirinya yang ada di cd – ku makin kuat meremas dan mengusap. “Masukin aja tanganmu Yank..”, aku memintanya. Perlahan tangan kirinya memasuki cd – ku. Diusap dan sesekali diremasnya penisku. Sejenak aku berdiri lalu kuturunkan cd – ku. Kini bagian bawah tubuhku telah bugil. ER yang untuk pertama kalinya melihat alat kelamin pria dewasa, sejenak mengamatinya. Kami menghentikan aktifitas seksual beberapa menit karena ER banyak bertanya ini dan itu tentang penis dan vagina. Aku disuruhnya duduk sementara ER duduk di lantai sambil memegangi penisku. Dikocoknya pelan – pelan sesekali diremas kuat. Tiba – tiba bibirnya mendekati penis dan mengecupnya. Dua detik kemudian penisku telah memasuki mulutnya. “Yank..oohh..nggak usah..kamu kan belum pernah..”. ER tidak menjawab, asyik mengemut dan mengocok penis yang berada di mulutnya. Karena ER sendiri yang berkemauan maka aku juga tidak menyuruhnya untuk berhenti. Aku usap – usap rambut dan pipinya.

“Udahan yuk..tapi pindah ke kamar..mau yank..??”, aku memberanikan diri. “Terserah koko aja..”. “Kalo nggak ya gak pa2..”. “Nggak pa2 koko..”. Kami mengenakan pakaian kembali walau hanya sekenanya. Sesampai di kamar, aku menggelar karpet tebal dan menata bantal. Kuajak ER duduk lalu kuciumi lagi. Belakang kepalaku langsung dipegangnya saat lidahnya memasuki mulutku. Dua tangannya membuka celana jeansku dan menurunkan cdnya sekalian. Aku tak mau kalah. Kaosnya kubuka dan meremas – remas dua susunya, karena bh – nya tidak dipakai. Penisku dikocoknya dengan semangat. Kaosku dibuka dan dua pentilku diperlakukan seperti aku memperlakukan pentil – pentilnya. aku direbahkan di karpet dengan bantal di kepalaku. Lidahnya menari – nari di dada sedang tangan kanannya mengocok penisku. Sekarang lidahnya turun ke pusar terus ke penis.

Bagaikan sedang menjilat dan mengemut es krim, ER melakukannya pada penisku. Nafasnya bagai mendaki bukit. Matanya semakin sayu. Aku bangun dan kubaringkan di karpet dengan bantal menyangga kepalanya. Kuciumi bibir; mata; pipi; leher lalu turun ke bawah. Kugigit dan kusedot dua pentilnya. Jari jemari kananku mengusap – usap dan menekan vagina yang masih terbungkus celana kain. Tangan kirinya langsung meremas dan ikut menekankan di kelaminnya. Perlahan kumasukkan tangan kananku ke balik celananya. Terasa rambut keriting dan kuperkirakan hanya sedikit. Tersentuh juga garis tengah vaginanya yang telah basah. Sedikit terangkat tubuhnya, “oouughhh..koohhh..”. kulanjutkan dengan menekannya lembut dan mengusap – usapnya. Aku masih belum berani membuka celananya. Tekanan itu tak bisa kutahan. Pelan aku turunkan celananya. ER memandangku, “Kenapa dibuka Mas..”. Aku tak menjawabnya. ER mengangkat sedikit tubuh bawahnya.

“Yank..mo ngrasain gimana orgasme itu..?”. “Gimana caranya..nga dimasukin kan ko..?”. Aku tersenyum dan menggelengkan kepala. Kurebahkan tubuhku pelan di atas tubuhnya. Aku cium lembut bibirnya saat kugerakkan pelan tubuh bawahku. Dadaku menekan lembut dua gunung kembarnya. Aku posisikan tepat penisku di vagina yang masih terbungkus cd. Secara santai aku maju mundurkan dan kutekan – tekan penisku. Dua tangannya meremas pelan pantatku. Semakin lama intensitas kecepatan kutingkatkan. Nafas ER sudah ngos – ngosan. Bibirku diciumnya kuat. Aku pegang dua pahanya dan kuminta dijepitkan di pinggangku. Aku gigit dan remas – remas dua susunya. Sempat aku lirik jam dinding, sudah 10 menit sejak kami duduk di karpet.
Tak berapa lama, “Yannnkkk…oohhh..ohhhsssttt..” , tangan kirinya menekan pantatku sedang yang kanan mencengkeram punggungku dan dua pahanya menjepit erat pinggangku. Punggung dan kepalaku diusap – usapnya. “Kenapa Yank..kamu keluar..?”. “Nggak tau ko..rasanya enak dan enteng..”. ER rupanya belum pernah merasakan dan tahu yang namanya orgasme. Aku cium bibirnya dan kuusap – usap pipinya. “Iya..itu namanya orgasme. Enak ya..aku ikut seneng”. Kami berpelukan mesra setelah aku berguling disampingnya. Kami lalu berbincang dan tertawa, seakan tak ada rintangan di depan nanti. Tangan kirinya menuju penis dan menggenggamnya. “Kok kecil koko..”, sambil memainkannya. “Udah gak ada rangsangan..makanya mengecil”. “Ooo..jadi harus ada rangsangan baru membesar dan panjang kayak tadi..”.

Kemudian penisku diremas – remas lembut dan diusap – usapnya. Lalu dikecup dan diemut. Tak menunggu lama, senjata kebanggaanku sedikit demi sedikit mulai berdiri. ER makin semangat melumatnya. Dua telurku tak luput digigit pelan. “Yank..mo orgasme lagi..?”. ER memandangku, “mau ko..”. “Wah..jadi doyan ya sekarang..”, aku menggodanya sambil nyengir. Penisku diremasnya kuat, “yang ngajarin siapa lho..”. “Aduhh..sakit Yank..”, aku meringis sedikit. ER merebahkan tubuh di atasku. Ia langsung menggerak – gerakkan tubuh bawahnya. Bibirku dilumat habis. Aku mengimbangi dengan mengusap – usap punggungnya dan meremas – remas pantatnya. Kumaju mundurkan pantatnya kadang cepat kadang pelan, dan kusisipi dengan kutekan – tekankan ke penisku. Matanya kian lama kian meredup. Kepalang basah, aku bangun dan ganti kurebahkan ia. Kuturunkan cd – nya cepat. “Kok dibuka cd – ku?”. “Kalo nggak mau gak pa2 kok Yank..”, aku membela diri. “Nggak pa2 ko..”. Aku ambil lulur tubuh dan kubalurkan di penis. “Buat apa ko..nggak panas tha..”. “Katanya mo orgasme lagi..sekarang nikmati aja ya..”.

Kuletakkan penis tepat di tengah vagina, sedikit di atas. “Jangan dimasukkin lho ya ko..”. “Nggak Yank..”. lalu aku menurunkan tubuh. Penisku dan vaginanya terasa licin karena lulur. Membuat gerakan dan gesekan menjadi lebih leluasa. “Enak Yank..?” “Enak ko..licin dan anget2 gimana..”, ER tersenyum. Kami berciuman lagi. Susu kanannya disodorkan ke bibirku yang langsung menyambutnya dengan menyedotnya. Dalam 10 menit ke depan nafas kami saling berlomba. Pinggangku dipeluk erat oleh dua pahanya. Aku menahan tubuh dengan meletakkan dua siku di sisi kiri dan kanannya. Terasa makin hangat vaginanya. Penisku meluncur di garis tengah vaginanya dengan lancar. Aku bangun dan untuk sesaat kutekan penis tepat di lubang vaginanya. ER meringis, “sakit koo..”. Aku menciumnya, “cma ngetes Yank..”.

Kupegang erat dua pahanya ke atas. Aku gesek – gesekkan penis dengan cepat. ER semakin terengah – engah. “koooo..ooofffsssttt..”, dua tanganku yang sedang memegang paha kiri dan kanannya dicengkeramnya kuat. Penisku dijepit erat oleh dua pahanya. Aku menundukkan tubuh, kami berciuman cepat. Tak berapa lama,” Yankkk..emmpphhh..”. Penisku memancarkan air kenikmatan ke perutnya. Aku menciumnya dalam dan lama. Kuusap cepat dengan kaosku karena hampir menyusuri pinggangnya menuju karpet. Kami berpelukan lama dan saling mengusap rambut. “Makasih ya koko..”. “Aku yang makasih..”. Lalu aku menyuruhnya untuk segera membersihkan diri di kamar mandi, karena hari sudah malam. Selama dalam perjalanan pulang ER diam saja, ternyata begitu sampai rumahnya ia terbangun. “Ngantuk Mas..capek..”, begitu alasannya.

ngewe paksa

Kisah perampokan sadis, Namaku Dessy, umurku 20 tahun. Aku sekarang sudah duduk di perguruan tinggi di Jakarta. Aku ingin menceritakan peristiwa yang tragis dan trauma yang sangat mendalam. Kejadian ini 2 tahun yang lalu saat aku masih sekolah kelas 3 sma di kota Bogor. Aku sungguh tak menyangka peristiwa ini menimpaku yang di mana barang kehormatan ku di renggut secara paksa oleh sekelompok orang yang sangat keji dan biadab. cerita seks pemerkosaan terbaru hanya ada di sexceritadewasa.com, silahkan baca kelanjutan kisah cerita seks pemerkosaan ini.

Setelah mengerjakan tugas sekolah, aku langsung menempati tempat tidur ku. Tak lama aku tertidur aku mendengar suara aneh di bawah rumah ku, namun aku menghiraukan nya dan aku tidur lagi. Tiba-tiba ada orang asing yang masuk ke dalam rumah ku. Sontak aku terbangun dari tempat tidur ku dan aku mencoba untuk teriak namun gerakan orang itu lebih cepat untuk menutupi mulut ku. Aku pun berontak tapi tak bisa karena di rangkul sangat keras oleh orang itu, tiba-tiba ada orang asing lain yang masuk ke dalam kamar ku yang membawa tali dan lakban. Aku tak mengetahui siapa nih orang. Di ikatnya aku di tempat tidur dan mulutku di tutup oleh lkaban yang hitam sehingga aku tidak bisa bersuara sama sekali. Orang itu langsung mencari barang-barang yang berada di dalam lemariku. Ternyata rumah ku sedang di rampok, aku gemetar dan ketakutan.
“Gilaaa…orang kaya tapi ga ada barang beharga nih…!!!” ujar perampok.
Kamarku sudah berantakan di acak-acak oleh perampok seperti kapal yang pecah. Tak lama kemudian datang perampok yang lain masuk ke dalam kamarku.
“Gimana ada barang yang bagus ga ??????”
“ga ada boss disini cuma ada hp sama dompet aja punya tuh cewe..!!”
Tiba-tiba mereka saling berbisik, lalu mereka tersenyum pada ku.
“wah..ini ada barang yang lebih beharga nih….????” dengan tatapan nakal melihatku.

Perampok itu menaiki kasurku dan jemari nya mulai mengelus betis sampai pahaku. Sungguh aku benar-benar ketakutan pada saat itu. Di copot nya g-string ku dengan kasar oleh perampok itu. Saat itu aku mengenakan daster dari kain sutra yang sangat mini di kenakan oleh ku. Aku ingin berontak tetap tak bisa karena kedua tangan dan kedua kaki ku di ikat pada kaki-kaki kasurku dengan keras di ikatan nya.Kedua perampok lagi naik ke kasur ku tepat di bagian payudaraku. Aku sudah tau maksud mereka yang ingin memperkosa ku.Tiba-tiba aku merasakan ada benda lunak dan basah menyentuh bibir vaginaku yang sudah tak tertutup oleh cd ku maupun jembie ku yang baru ku cukur habis. Aku merasa geli dengan jilatan lidah nya menengenai dua selaput vaginaku. Yang satu lagi, perampok itu merobek daster ku dan aku hanya mengenakan BH saja. Langsung di buka nya BH ku oleh perampok tak harus pikir panjang perampok itu juga langsung menghisap payudaraku dengan nafsu birahi nya. Aku hanya bisa meneteskan air mata dan aku pasrah saja karena kau tidak bisa berbuat apa-apa. Puting susu ku di kenyot dengan gairah nafsu nya membuat aku kesakitan. Aku sudah di gerayangi nya bagian atas maupun bagian bawah tubuh ku. Tanpa ku sadari vaginaku sudah becek di lumuri oleh air liur perampok itu bercampur dengan cairan hangat yang keluar dari vaginaku. Aku juga merasakan geli yang maha dahsyat saat lidah itu mengerakan ke atas-bawah pada kelitoris ku.

Aku menangis tapi meraka menghiraukan nya karena otak nya sudah di penuhi oleh nafsu yang menggebu-gebu. Aku melihat perampok itu membuka cd nya dan terlihat batangan yang sungguh besar di bandingkan punya pacar ku. Apa rasanya apabila batangan itu masuk ke dalam vaginaku yang masih rapat ini. sungguh tak ku bayangkan rasa sakit nya. Kedua peampok yang lain juga ikut memperlihatkan batangan yang besar di depan mataku. Oh..tuhan ada apa dengan aku. Terpakasa aku harus meladeni nafsu mereka semua. Aku sangat sedih dan air mata ku terus bercucuran. Di lepas nya lakban pada mulut ku mereka langsung mengancam pada ku apabila aku teriak maka aku akan di bunuh oleh para perampok itu. Aku hanya bisa menuruti apa kata meraka saja dan aku hanya merengek-rengek untuk meraka menghentikan perbuatan keji ini. Sudah ada tiga pria dan tiga batang ada di dekatku. Aku merasakan perampok itu ingin memasuki burung nya ke dalam sarang ku. Di elus-elus vaginaku yang sudah licin oleh batangan perampok itu. Tiba-tiba di masukan lah batangan nya ke vaginaku.
“aaaakkhhhhhh……aaaaaakkhhh hh…….” dengan rasa sakit.
Sungguh biadab mereka, perampok itu mengerakan badan nya selayak nya bersetubuh. Aku terus mendesah kesakitan malah aku di serang dua penis yang besar untuk di kulum oleh mulutku. Aku menuruti saja, ku kulum tuh penis satu persatu dengan bergantian. Sungguh besar penis perampok ini hingga mulutku terbuka lebar. Yang satu ku sedot penis nya yang satu lagi ku kocok penis nya dengan tanganku. Aku tak berdaya dengan kekuatan meraka.

Aku tak tahu harus bagaimana menhadapi seranga yang bertubi-tubi dari nafsu mereka. My pussy sudah mulai kering karena aku tak terbawa nafsu birahi nereka sehingga vaginaku mulai terasa sakit.
“auuuw…auuw…ampun bang….!!!!!, cukup bang lepasin saya…!!! sambil merintik air mata.
“sudah kau dia, saja atau ku bunuh kau sekarang juga”
‘aaahhhh…ahhhhh…tapi bang saya sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit nya..”
tak di dengar apa kata perkataan ku.
Mereka juga tak tanggung-tanggung mulai memasuki batangan nya ke bagian dubur ku. Sungguh kejam mereka aku seperti anjing yang sedang nunduk lalu dimasukan kedua penis ke dalam dua bagian yang berbeda yaitu vaginaku dan duburku. Setelah satu jam belangsung tragedi ini mereka mengeluarkan cairan hangat hasil dari nafsu birahi mereka yang bewarna seperti air susu di sekitar bibir vaginaku. Yang kedua mengeluarkan air sperma di dalam duburku aku bisa merasakan betapa hangat nya di dalam duburku. Dan yang terakhir mengeluarkan sprema ke dalam mulut ku dan bagian tubuhku laen nya. Pada saat itu tubuh dari kepala hingga pantat ku di penuhi oleh cairan sperma.

AKu terkejut salah satu dari meraka memanggil teman nya lagi dan ternyata ada empat perampok lagi yang datang ke kamarku, berarti total perampok itu tujuh orang. Aku hanya bisa terdiam karena badan aku sudah lemas dan tidak bisa lagi untuk menggerakan badan sama sekali.
“Braayyy mau coba ga nih, lumyan loh dari pada lo manyun???”’ ujar perampok
Langsung saja keempat perampok itu membuka celana dan memasukan nya batangan ke dalam vaginaku dan duburku. Aku di gilir lagi seperti tadi, tak lama sedang mengeksekusi ku, aku di gotong ke ruang tamu dan di sana sudah ada ayahku dan ibuku yang sedang di sekap dan di ikat badanya. Sungguh aku tak menyangka mereka mempertontonkan aksi sex nya di depan orang tua ku. Aku malu tapi aku mau gimana lagi orang tua ku pun tidak bisa menolong dan hanya bisa melihat adegan sadis yang di alami oleh anaknya. Aku di geng beng oleh tujuh orang yang biadab.kira-kira 1 setengah jam kemudian mereka pun mengudahi pemerkosaan nya terhadap diriku. Dan sekarang seluruh badan ku di penuhi oleh sperma-sperma yang tak bertnaggung jawab.

Seminggu sudah berlalu berita ini pun sudah tak asing di telinga teman-teman sekolah ku. Sungguh aku malu yang telah menimpa pada diriku.

ngewe 1

Ngewe kamu emang enak

Bi Eha sudah cukup lama menjadi pembantu di rumah Tuan Hartono. Ini merupakan tahun ketiga ia bekerja di sana. Bi Eha merasa kerasan karena keluarga Tuan Hartono cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang pembantu. Bi Eha sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan Tuan Hartono, yang dianggapnya terlalu berlebihan. Namun ia tak begitu memikirkannya. Sepanjang hidupnya terjamin, ia pun dapat menabung kelebihannya untuk jaminan hari tua.

Perkara kelakuan Tuan Hartono yang selalu minta dilayani jika kebetulan istrinya tak ada di rumah, itu adalah perkara lain. Ia tak memperdulikannya bahkan ikut menikmati pula.

Walaupun orang kampung, Bi Eha tergolong wanita yang menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 32 tahunan. Penampilannya tidak seperti perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya sehingga nampak masih sintal dan menggairahkan. Bahkan Tuan Hartono sangat tergila-gila melihat kedua payudaranya yang montok dan kenyal. Kulitnya agak gelap namun terawat bersih dan halus. Soal wajah meski tidak tergolong cantik namun memiliki daya tarik tersendiri. Sensual! Begitu kata Tuan hartono saat pertama kali mereka bercinta di belakang dapur suatu ketika.

Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, Bi Eha – janda yang sudah lama ditinggal suami – masih memiliki gairah yang tinggi karena ternyata selain berselingkuh dengan majikannya, ia pernah bercinta pula dengan Kang Ujang, Satpam penjaga rumah. Perselingkuhannya dengan Kang Ujang berawal ketika ia lama ditinggalkan oleh Tuan Hartono yang sedang pergi ke luar negeri selama sebulan penuh. Selama itu pula Bi Eha merasa kesepian, tak ada lelaki yang mengisi kekosongannya. Apalagi di saat itu udara malam terasa begitu menusuk tulang. Tak tahan oleh gairahnya yang meletup-letup, ia nekat menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas ranjangnya di kamar belakang.

Malam itu, Bi Eha kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan gelora gairah seksnya yang menggebu-gebu. Malam ini ia tak mungkin menantikan kehadiran Tuan Hartono dalam pelukannya karena istrinya ada di rumah. Perasaannya semakin gundah kala membayangkan saat itu Tuan Hartono tengah menggauli istrinya. Ia bayangkan istrinya itu pasti akan tersengal-sengal menghadapi gempuran Tuan Hartono yang memiliki ‘senjata’ dahsyat. Bayangan batang kontol Tuan Hartono yang besar dan panjang itu serta keperkasaannya semakin membuat Bi Eha nelangsa menahan nafsu syahwatnya sendiri. Sebenarnya terpikir untuk memanggil Kang Ujang untuk menggantikannya namun ia tak berani selama majikannya ada di rumah. Kalau ketahuan hancur sudah akibatnya nasib mereka nantinya. Akhirnya Bi Eha hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur.

Dalam mimpinya Bi Eha merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Tuan Hartono. Menggerayang melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka lebar, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi. Tanpa sadar Bi Eha mengigau sambil membusungkan dadanya.

“Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya..”
Kedua tangan Bi Eha memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya. Bi Eha terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya.

Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu. Ia mengira Tuan Hartono yang sedang mencumbuinya. Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas keberanian majikannya ini meski sang istri ada di rumah. Apa tidak takut ketahuan. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau istrinya datang?

Bi Eha langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak mengingatkan Tuan Hartono akan situasi yang tidak memungkinkan ini. Namun belum sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan Tuan Hartono?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah Andre, putra tunggal majikannya yang masih berumur 15 tahunan!?
“Den Andre?!” pekiknya sambil menahan suaranya.

“Den ngapain di kamar Bibi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah Andre yang merah padam.

Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya.
“Bi.. ngghh.. anu.. ma-maafin Andre..” katanya dengan suara memelas.
Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Bi Eha.
“Tapi.. barusan nga.. ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak majikannya berani berbuat seperti itu padanya.

“Andre.. ngghh.. tadinya mau minta tolong Bibi bikinin minuman..” katanya menjelaskan.

“Tapi waktu liat Bibi lagi tidur sambil menggeliat-geliat. . ngghh.. Andre nggak tahan..” katanya kemudian.
“Oohh.. Den Andre.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan Papa Mama gimana?” Tanya Bi Eha.

“Andre tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab Andre ragu-ragu.
“Tapi kenapa?” Tanya Bi Eha penasaran
“Andre pengen kayak Kang Ujang..” jawabnya kemudian.

Kepala Bi Eha bagaikan disamber geledek mendengar ucapan Andre. Berarti dia tahu perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?
“Kenapa Den Andre pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut.
“Andre sering ngebayangin Bibi.. juga.. ngghh.. anu..”
“Anu apa?” desak Bi Eha makin penasaran.
“Andre suka ngintip.. Bibi lagi mandi,” akunya sambil melirik ke arah pakaian tidur Bi Eha yang sudah terbuka lebar.

Andre melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tegak di dada pengasuhnya itu. Bi Eha dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yang telanjang. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu Bi Eha dalam hati. Nggak jauh beda dengan Bapaknya.

“Boleh khan Bi?” kata Andre kemudian.
“Boleh apa?” sentak Bi Eha mulai sewot.
“Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta Andre tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Bi Eha.

“Den Andre jangan kurang ajar begitu sama perempuan.., ” katanya seraya mundur menjauhi anak itu. “Nggak boleh!”

“Kok Kang Ujang boleh? Nanti Andre bilangin lho..” kata Andre mengancam.
“Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa. .” kata Bi Eha panik.
“Kalau gitu boleh dong Andre?”

Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, makinya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! Bi Eha berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. Bi Eha lalu tersenyum kepada Andre seraya meraih tangannya.
“Den Andre mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan Andre ke atas buah dadanya.

“Iya.. ii-iiya..,” katanya sambil menyeringai gembira.
Andre meremas kedua bukit kembar milik Bi Eha dengan bebas dan sepuas-puasnya. “Gimana Den.. enak nggak?” Tanya Bi Eha sambil melirik wajah anak itu.
“Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir Bi Eha.

Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali?

Setelah berpikiran seperti itu, Bi Eha menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal Bi Eha jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu. Kalau saja lelaki ini adalah Tuan Hartono, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumuli batang kont*lnya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.

Lalu ia biarkan Andre meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. Andre mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah Bi Eha yang nampak meringis seperti menahan sesuatu.
“Sakit Bi?” tanyanya.

“Nggak Den. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uugghh..”
Andre mengikuti semua perintah Bi Eha. Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir Andre dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi.

Bi Eha terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan Andre satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan Bi Eha seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan Andre di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya Bi Eha mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. Bi Eha memang tak pernah memakai pakaian dalam kalau sedang tidur. “Tidak bebas”, katanya.

Andre terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh Bi Eha.
“Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan. . ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh Den enaak!”

Andre semangat mendengar erangan Bi Eha yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan Bi Eha. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar Bi Eha melenguh. Andre meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari Andre mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam.
“Akhh.. Den masukin terusshh.. ya begitu. Oohh Den Andre pinter!” desah Bi Eha mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya.

Sambil terus menyuruh Andre berbuat ini dan itu. Tangan Bi Eha mulai menggerayang ke tubuh Andre. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya dan langsung merogoh ke balik celana dalam anak itu.
“Mmmpphh..”, desah Bi Eha begitu merasakan batang kont*l anak itu sudah keras seperti baja.

Ia melirik ke bawah dan melihat batang Andre mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar bapaknya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan Bi Eha mengocok perlahan batang itu. Andre melenguh keenakan.
“Oouhhgghh.. Bii.. uueeanaakkhh! ” pekik Andre perlahan.

Bi Eha tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat Bi Eha semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang mem*knya. Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu.., Bi Eha merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme.

Heran juga. Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasme.

Andre terperangah menyaksikan ekspresi wajah Bi Eha yang nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Andre menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat Bi Eha kesakitan.

“Bi? Bibi kenapa? Nggak apa-apa khan?” tanyanya demikian polos.
“Nggak sayang.. Bibi justru sedang menikmati perbuatan Den Andre,” demikian kata Bi Eha seraya menciumi wajah tampan anak itu.

Dengan penuh nafsu, bibir Andre dikulum, dijilati sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Andre senang melihat kegarangan Bi Eha. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara pengasuhnya ini, lalu mempermainkan putingnya.

“Aduh Den.. enak sekali. Den Andre pinter.. uugghh!” erang Bi Eha kenikmatan.
Bi Eha benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik buat majikan mudanya ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan. Ia yakin Andre masih perjaka tulen. Bi Eha semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka. Lalu ia mendorong tubuh Andre hingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu di sekitar kemaluan Andre. Melumat batang yang sudah tegak bagai besi tiang pancang dan megulumnya dengan penuh nafsu.

Tubuh Andre berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah Bi Eha mempermainkan biji pelernya, kemudian melata-lata ke sekujur batang kemaluannya. Andre merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut akibat jilatan itu. Bahkan saking enaknya, Andre merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. Bi Eha rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan kulumannya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan Andre sehingga tidak langsung menyembur.
“Akh Bi.. kenapa?” Tanya Andre bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi.

“Nggak apa-apa. Tenang saja, Den. Biar tambah enak,” jawabnya seraya naik ke atas tubuh Andre.

Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, Bi Eha mengarahkan batang kont*l Andre persis ke arah liang memeknya. Perlahan-lahan tubuh Bi Eha turun sambil memegang kontol Andre yang sudah mulai masuk.
“Uugghh.. enak nggak Den?”
“Aduuhh.. Bi Eha.. sedaapphh..! ” pekiknya.
Andre merasakan batang kontolnya seperti disedot liang memek Bi Eha. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. Konotlnya bergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. Bi Eha tak mau kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukan kontol Andre.

“Auugghh Deenn..uueennaakk! ” jerit Bi Eha seperti kesetanan.
“Terus Den, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh..”
Andre mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.
“Bi.. saya mau keluaarr..” Jeritnya.
“Iya Den.. ayo.. keluarin aja. Bibi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh teruss..” katanya tersengal-sengal.

Andre mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang memek Bi Eha dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memeluk tubuh Bi Eha erat-erat, Andre menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali.
“Crot.. croott.. crott!”

“Aaakkhh..” Bi Eha juga mengalami orgasme.
Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan erat Andre.
“Ooohh.. Deenn.. hebat sekali..”

Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyum Bi Eha mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada Andre.
“Gimana Den. Enak khan?”
“Iya Bi, enak sekali,” jawab Andre seraya memeluk Bi Eha.Tangannya mencolek nakal ke buah dada Bi Eha yang menggelantung persis di depan mukanya.
“Ih Aden nakal,” katanya semakin genit.

Tangan Bi Eha kembali merayap ke arah batang kontol Andre yang sudah lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupannya.
“Bibi isep lagi ya Den?”

Andre hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya mulut Bi Eha ketika mengulum kontolnya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Andre meninggalkan kamar Bi Eha dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yang luar biasa.
Ngewe kamu emang enak

Bi Eha sudah cukup lama menjadi pembantu di rumah Tuan Hartono. Ini merupakan tahun ketiga ia bekerja di sana. Bi Eha merasa kerasan karena keluarga Tuan Hartono cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang pembantu. Bi Eha sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan Tuan Hartono, yang dianggapnya terlalu berlebihan. Namun ia tak begitu memikirkannya. Sepanjang hidupnya terjamin, ia pun dapat menabung kelebihannya untuk jaminan hari tua.

Perkara kelakuan Tuan Hartono yang selalu minta dilayani jika kebetulan istrinya tak ada di rumah, itu adalah perkara lain. Ia tak memperdulikannya bahkan ikut menikmati pula.

Walaupun orang kampung, Bi Eha tergolong wanita yang menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 32 tahunan. Penampilannya tidak seperti perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya sehingga nampak masih sintal dan menggairahkan. Bahkan Tuan Hartono sangat tergila-gila melihat kedua payudaranya yang montok dan kenyal. Kulitnya agak gelap namun terawat bersih dan halus. Soal wajah meski tidak tergolong cantik namun memiliki daya tarik tersendiri. Sensual! Begitu kata Tuan hartono saat pertama kali mereka bercinta di belakang dapur suatu ketika.

Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, Bi Eha – janda yang sudah lama ditinggal suami – masih memiliki gairah yang tinggi karena ternyata selain berselingkuh dengan majikannya, ia pernah bercinta pula dengan Kang Ujang, Satpam penjaga rumah. Perselingkuhannya dengan Kang Ujang berawal ketika ia lama ditinggalkan oleh Tuan Hartono yang sedang pergi ke luar negeri selama sebulan penuh. Selama itu pula Bi Eha merasa kesepian, tak ada lelaki yang mengisi kekosongannya. Apalagi di saat itu udara malam terasa begitu menusuk tulang. Tak tahan oleh gairahnya yang meletup-letup, ia nekat menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas ranjangnya di kamar belakang.

Malam itu, Bi Eha kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan gelora gairah seksnya yang menggebu-gebu. Malam ini ia tak mungkin menantikan kehadiran Tuan Hartono dalam pelukannya karena istrinya ada di rumah. Perasaannya semakin gundah kala membayangkan saat itu Tuan Hartono tengah menggauli istrinya. Ia bayangkan istrinya itu pasti akan tersengal-sengal menghadapi gempuran Tuan Hartono yang memiliki ‘senjata’ dahsyat. Bayangan batang kontol Tuan Hartono yang besar dan panjang itu serta keperkasaannya semakin membuat Bi Eha nelangsa menahan nafsu syahwatnya sendiri. Sebenarnya terpikir untuk memanggil Kang Ujang untuk menggantikannya namun ia tak berani selama majikannya ada di rumah. Kalau ketahuan hancur sudah akibatnya nasib mereka nantinya. Akhirnya Bi Eha hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur.

Dalam mimpinya Bi Eha merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Tuan Hartono. Menggerayang melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka lebar, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi. Tanpa sadar Bi Eha mengigau sambil membusungkan dadanya.

“Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya..”
Kedua tangan Bi Eha memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya. Bi Eha terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya.

Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu. Ia mengira Tuan Hartono yang sedang mencumbuinya. Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas keberanian majikannya ini meski sang istri ada di rumah. Apa tidak takut ketahuan. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau istrinya datang?

Bi Eha langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak mengingatkan Tuan Hartono akan situasi yang tidak memungkinkan ini. Namun belum sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan Tuan Hartono?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah Andre, putra tunggal majikannya yang masih berumur 15 tahunan!?
“Den Andre?!” pekiknya sambil menahan suaranya.

“Den ngapain di kamar Bibi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah Andre yang merah padam.

Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya.
“Bi.. ngghh.. anu.. ma-maafin Andre..” katanya dengan suara memelas.
Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Bi Eha.
“Tapi.. barusan nga.. ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak majikannya berani berbuat seperti itu padanya.

“Andre.. ngghh.. tadinya mau minta tolong Bibi bikinin minuman..” katanya menjelaskan.

“Tapi waktu liat Bibi lagi tidur sambil menggeliat-geliat. . ngghh.. Andre nggak tahan..” katanya kemudian.
“Oohh.. Den Andre.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan Papa Mama gimana?” Tanya Bi Eha.

“Andre tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab Andre ragu-ragu.
“Tapi kenapa?” Tanya Bi Eha penasaran
“Andre pengen kayak Kang Ujang..” jawabnya kemudian.

Kepala Bi Eha bagaikan disamber geledek mendengar ucapan Andre. Berarti dia tahu perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?
“Kenapa Den Andre pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut.
“Andre sering ngebayangin Bibi.. juga.. ngghh.. anu..”
“Anu apa?” desak Bi Eha makin penasaran.
“Andre suka ngintip.. Bibi lagi mandi,” akunya sambil melirik ke arah pakaian tidur Bi Eha yang sudah terbuka lebar.

Andre melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tegak di dada pengasuhnya itu. Bi Eha dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yang telanjang. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu Bi Eha dalam hati. Nggak jauh beda dengan Bapaknya.

“Boleh khan Bi?” kata Andre kemudian.
“Boleh apa?” sentak Bi Eha mulai sewot.
“Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta Andre tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Bi Eha.

“Den Andre jangan kurang ajar begitu sama perempuan.., ” katanya seraya mundur menjauhi anak itu. “Nggak boleh!”

“Kok Kang Ujang boleh? Nanti Andre bilangin lho..” kata Andre mengancam.
“Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa. .” kata Bi Eha panik.
“Kalau gitu boleh dong Andre?”

Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, makinya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! Bi Eha berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. Bi Eha lalu tersenyum kepada Andre seraya meraih tangannya.
“Den Andre mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan Andre ke atas buah dadanya.

“Iya.. ii-iiya..,” katanya sambil menyeringai gembira.
Andre meremas kedua bukit kembar milik Bi Eha dengan bebas dan sepuas-puasnya. “Gimana Den.. enak nggak?” Tanya Bi Eha sambil melirik wajah anak itu.
“Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir Bi Eha.

Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali?

Setelah berpikiran seperti itu, Bi Eha menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal Bi Eha jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu. Kalau saja lelaki ini adalah Tuan Hartono, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumuli batang kont*lnya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.

Lalu ia biarkan Andre meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. Andre mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah Bi Eha yang nampak meringis seperti menahan sesuatu.
“Sakit Bi?” tanyanya.

“Nggak Den. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uugghh..”
Andre mengikuti semua perintah Bi Eha. Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir Andre dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi.

Bi Eha terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan Andre satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan Bi Eha seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan Andre di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya Bi Eha mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. Bi Eha memang tak pernah memakai pakaian dalam kalau sedang tidur. “Tidak bebas”, katanya.

Andre terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh Bi Eha.
“Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan. . ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh Den enaak!”

Andre semangat mendengar erangan Bi Eha yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan Bi Eha. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar Bi Eha melenguh. Andre meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari Andre mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam.
“Akhh.. Den masukin terusshh.. ya begitu. Oohh Den Andre pinter!” desah Bi Eha mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya.

Sambil terus menyuruh Andre berbuat ini dan itu. Tangan Bi Eha mulai menggerayang ke tubuh Andre. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya dan langsung merogoh ke balik celana dalam anak itu.
“Mmmpphh..”, desah Bi Eha begitu merasakan batang kont*l anak itu sudah keras seperti baja.

Ia melirik ke bawah dan melihat batang Andre mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar bapaknya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan Bi Eha mengocok perlahan batang itu. Andre melenguh keenakan.
“Oouhhgghh.. Bii.. uueeanaakkhh! ” pekik Andre perlahan.

Bi Eha tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat Bi Eha semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang mem*knya. Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu.., Bi Eha merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme.

Heran juga. Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasme.

Andre terperangah menyaksikan ekspresi wajah Bi Eha yang nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Andre menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat Bi Eha kesakitan.

“Bi? Bibi kenapa? Nggak apa-apa khan?” tanyanya demikian polos.
“Nggak sayang.. Bibi justru sedang menikmati perbuatan Den Andre,” demikian kata Bi Eha seraya menciumi wajah tampan anak itu.

Dengan penuh nafsu, bibir Andre dikulum, dijilati sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Andre senang melihat kegarangan Bi Eha. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara pengasuhnya ini, lalu mempermainkan putingnya.

“Aduh Den.. enak sekali. Den Andre pinter.. uugghh!” erang Bi Eha kenikmatan.
Bi Eha benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik buat majikan mudanya ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan. Ia yakin Andre masih perjaka tulen. Bi Eha semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka. Lalu ia mendorong tubuh Andre hingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu di sekitar kemaluan Andre. Melumat batang yang sudah tegak bagai besi tiang pancang dan megulumnya dengan penuh nafsu.

Tubuh Andre berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah Bi Eha mempermainkan biji pelernya, kemudian melata-lata ke sekujur batang kemaluannya. Andre merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut akibat jilatan itu. Bahkan saking enaknya, Andre merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. Bi Eha rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan kulumannya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan Andre sehingga tidak langsung menyembur.
“Akh Bi.. kenapa?” Tanya Andre bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi.

“Nggak apa-apa. Tenang saja, Den. Biar tambah enak,” jawabnya seraya naik ke atas tubuh Andre.

Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, Bi Eha mengarahkan batang kont*l Andre persis ke arah liang memeknya. Perlahan-lahan tubuh Bi Eha turun sambil memegang kontol Andre yang sudah mulai masuk.
“Uugghh.. enak nggak Den?”
“Aduuhh.. Bi Eha.. sedaapphh..! ” pekiknya.
Andre merasakan batang kontolnya seperti disedot liang memek Bi Eha. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. Konotlnya bergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. Bi Eha tak mau kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukan kontol Andre.

“Auugghh Deenn..uueennaakk! ” jerit Bi Eha seperti kesetanan.
“Terus Den, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh..”
Andre mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.
“Bi.. saya mau keluaarr..” Jeritnya.
“Iya Den.. ayo.. keluarin aja. Bibi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh teruss..” katanya tersengal-sengal.

Andre mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang memek Bi Eha dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memeluk tubuh Bi Eha erat-erat, Andre menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali.
“Crot.. croott.. crott!”

“Aaakkhh..” Bi Eha juga mengalami orgasme.
Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan erat Andre.
“Ooohh.. Deenn.. hebat sekali..”

Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyum Bi Eha mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada Andre.
“Gimana Den. Enak khan?”
“Iya Bi, enak sekali,” jawab Andre seraya memeluk Bi Eha.Tangannya mencolek nakal ke buah dada Bi Eha yang menggelantung persis di depan mukanya.
“Ih Aden nakal,” katanya semakin genit.

Tangan Bi Eha kembali merayap ke arah batang kontol Andre yang sudah lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupannya.
“Bibi isep lagi ya Den?”

Andre hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya mulut Bi Eha ketika mengulum kontolnya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Andre meninggalkan kamar Bi Eha dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yang luar biasa.